Sebenarnya tak ada rencana mau beli sepatu waktu itu. Kebetulan lewat dan tergerak masuk ke salah satu toko sepatu. Disatu rak terpampang sepatu bagus modelnya, dan kelihatannya boleh juga. Dan begitu ditanya harganya juga tidak mahal. Langsung naksir dan bahkan tergila gila saat itu juga, ingin membelinya. Lantas dicoba dan bungkus bawa pulang.
Jadilah beli sepatu baru, pada hal merknya gak jelas, keluarannya juga tidak tau, tapi karena tampilannya oke, itulah yang menarik minat untuk memilikinya. Setiba di rumah, dicobalah pakai untuk beraktifitas ketemu teman bisnis. Pertama dipakai lumayan, kinclong kulitnya, pas juga dibawa berjalan.
Sekali dua kali masih tersa enak dipakainya. Tapi lama kelamaan tapaknya mulai terasa kemakan sebelah dan miring, Beberapa bulan kemudian mulai tak nyaman dipakai, kulitnya mulai kering dan kaku. Pada tapak kakinya terasa keras dan kadang mulai ada rasa sakit bila menapak di jalan tak rata. . Akhirnya baru merasa nyesal karena waktu beli, tanpa pikir panjang ambil keputusan untuk langsung beli. Karena terpesona dengan model dan kilapnya yang menggoda.
TAK ADA LOGIKA
Ketika rasa ingin sedang memuncak, manakala hasrat sedang bergelora, pada saat itu sudah bisa dipastikan tak ada logika yang berperan saat itu. Matanya buta dan telinganya tuli lantaran saat itu hanya satu yang terang benderang yaitu keinginan yang memuncak. Itulah yang disebut orang sedang tergila gila dan dalam percintaan inilah yang namanya cinta buta.
Biasanya kasus semacam ini dapat terjadi ketika tidak terencana dan bukan dalam memilih kriteria macam apa. Tapi ketika bertemu seorang wanita, ternyata responnya sangat cepat. Disaat itulah hasrat langsung menggebu tanpa tanya siapa, darimana asalnya atau apakah dia sedang bermasalah ? Tak peduli Karena saya sudah tergila-gila padanya.
Namun dalam perjalanan baru terasa bahwa perempuan yang digila-gilai itu mulai sedikit demi sedikit kebuka prilakunya. Ibarat tertarik dengan model sepatu yang juga harganya murah itu, makanya jangan cepat tergoda dengan pandangan pertama. Akhirnya seperti sepatu yang sudah tidak nyaman dan sudah tak percaya diri lagi tuk memakainya. Ingin rasa nya menyingkirkannya atau paling tidak menggesernya masuk ke Gudang,
Apabila wanita yang pernah digila-gilai dan telah menjadi isteri, bisa kita siangkirkan begitu saja? Tidak mudah seperti menyingkirkan sepatu masuk Gudang tentunya. Dengan alasan sudah tak nyaman lagi lantas dengan gampang kita melupakan bahkan menyingkirkannya seperti sepatu yang tak disukai lagi?. Untuk segalanya perlu penjajakan dan komitmen, kalau tidak itulah yang terjadi.
Bahkan pernah menyaksikan kehidupan pasangan menjelang punya anak sampai punya anak 3 rumah tangganya selalu cekcok. Padahal pacarannya udah segala janji-janji manis dan segudang ucapan sayang dan cinta. Tapi sepanjang hari rumah tangganya selalu gaduh dan ribut terus.
Ternyata orang ini ketika meliat sepatu yang kinclong di rak sepatu toko dia tergila-gila dan langsung beli. Sekarang telah menjadi isterinya , dulu luar biasa ketika bertemu selain wajahnya wanita ini juga agresif membalas hasrat yang memancar. Sehingga semakin tergila-gila lah dia.
Tapi konteknya saat ini adalah sebuah perumpamaan dalam menetapkan seorang yang ingin kita cintai. Coba lihat antara persamaan dan perbedaannya sepasang sepatu yang abal-abal dengan yang bermerek dan mahal harganya. “jatuh cinta” dengan tergila-gila. Pasti akan terasa bedanya bila dipakai dan berjalan bersama waktu.
Disinilah saya mendapat suatu filosofi dengan nuansa yang beda yaitu ; “ sepasang sepatu baru” tapi berbeda mutu dan kualitas. Hal ini ternyata dapat menjadi takaran manakala sedang jatuh cinta yang sesungguhnya atau sedang tergila gila.
WANITA IDEAL
Bagaikan sepatu yang modelnya elegan alias tidak norak tidak juga terlalu gemerlap, tapi ketika dipajang di etalase toko mata tak berkedip memandang nya. Ketika dilihat fisiknya memang tak bosan menatapnya. Apalagi begitu dipegang enteng sekali dan bila ditekuk kulitnya lentur dan kembali seperti semula tanpa ada tanda bekas dilipat. Tapi begitu ditanya harganya, memang mahal selangit. Itulah barang bagus “harga tidak pernah bohong”.
Memang wanita tak bisa disamakan dengan sepatu, tak bisa juga wanita yang ideal itu harus juga dibandrol atau disamakan dengan harga yang mahal. Arah perumpaan ini sebenarnya adalah ketika kita memiliki sepatu yang hanya melihat kinclongnya saja. Lantas membelinya Karena harganya murah, tapi akhirnya hanya enak dipakai selagi masih baru saja. Lama kelamaan keluhan muncul satu demi satu. Mulai jemu bahkan tak sudi lagi dengan nya, Karena semakin dipakai bertambah pula rasa tekanan dan sakit hati. Mungkin bila sepatu ini diumpamakan dengan seorang “wanita murahan”.
Hebatnya kalau sepatu dibeli dengan harga yang tidak murah, kok makin lama dipakai makin nyaman dikaki. Bahkan sampai kulitnya bolong sekali pun rasanya tetap percaya diri memakainya alias pede dalam suasana apapun dengan sepatu yang bukan murahan.
Itulah gambaran “cinta sejati” Karena mulanya biasa saja tapi kian lama semakin dapat kemistrinya. Semakin enak bersamamya semakin banyak persamaan dari pada perbedaan. Itulah sepatu yang elegan yang tak ubahnya seperti “wanita ideal”. Tinggal selanjutnya t melaksanakan saling memberi kasih sayang dan “ciuman mesra” atau KISS yaitu : Keterbukaan, Introspeksi diri, Saling memberi dan Saling memulai. Kalau ini sudah diterapkan sejak awal menjalani kehidupan rumahtangga pasti awet bahagianya. (ZaikoRNP,2017).
Comments
Post a Comment