DUNIA TAK SEDAUN KELOR, istilah ini sering dilontarkan oleh seorang teman
ketika kawannya ditinggal putus oleh kekasihnya.
Kata kata ini merupakan vitamin sebagai motivasi agar seseorang tidak usah patah hati,
bila ditinggal kekasihnya.
Karena daun kelor memang hanya bulat kecil, tapi kebaikannya justru mendunia.
Artinya tidak usah khawatir bila ditinggal kekasih Karena dunia
dengan seisinya sangat luas sekali.
Di dunia ada dua negara yang mengenal tumbuhan ini dengan nama “kelor”
yaitu Indonesia dan Suriname.
Sedangkan di negara kita, masyarakat yang menyebut kelor
yaitu Jakarta dan Jawa Barat termasuk suku melayu juga mengenal sebagai pohon kelor.
Tumbuhan dengan nama latin “Moringa Oleifera Lam” ini,
kalau di Sulamesi dikenal sebagi pohon Kero, Wori, Kelo atau Kloro.
Orang Madura menyebutnya Moringgin, Aceh Murong, Sumbawa sebagai Kawona
sedangkan orang MInang mengenal sebagai Munggai.
Pohon kelor yang kita kenal saat ini adalah species yang paling terkenal dari pada 13 spesies Moringacae.
Menurut sumber yang layak dipercaya tumbuhan ini berasal dari barat laut India,
tepatnya pegunungan Himalaya bagian selatan.
Kelor termaktub dalam kitab “Shushruta Sanhita” sejak ratusan tahun yang lalu.
Masyarakat India telah memanfaatkan buah kelor dijadikan minyak guna pengobatan tradisional.
Sampai sekarang saking berlimpahnya tumbuhan ini, di India dijadikan pakan ternak
selain dikonsumsi sebagai sayuran bagi warganya.
Di Indonesia sendiri sebenarnya tidak sulit untuk mendapatkan daun kelor,
bahkan mulai dari tea daun kelor sampai kepada kue dan pudding pun ada.
Mungkin masih banyak diantara kita yang belum tahu, adanya kebun kelor yang cukup luas
di daerah Blora Jawa Tengah tepatnya di jalan raya Kunduran.
Kebun yang dirintis dan dikelola oleh Ahmad Dudi Krisnandi adalah Ketua Umum TADINA (Taruna Duta Hutan Indonesia)
ia juga seorang pendiri LSM KOJATAMA (Kelompok Kerja Tani Mandiri).
Perkebunan Moringa organic di Kunduran Blora ini benar-benar dikelola secara professional
dan sangat memperhatikan kaidah-kaidah budidaya organic.
Sejak dari peruntukan kebun, tatacara penanaman, pemeliharaan sampai ke pemanenan sangat menjaga ke alamiahannya.
Untuk itu sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida.
Sehingga tanaman kelor disini mampu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dirinya sendiri.
Seperti menggugurkan daun merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (pupuk) bagi kelor organic ini.
Metode lain ialah mengembangkan pupuk cair yang diolah dari pucuk daun kelor yang disalurkan kembali
pada tanaman melaui stomata pada pagi hari. Demikian juga dengan sisa-sisa hasil panen mulai dari batang,
dahan dan ranting serta daun sortiran semua dikembalikan ke kebun untuk kesehatan kelor itu sendiri.
KELOR UNTUK NUTRISI DAN IMUN.
Daun kelor yang bulat kecil itu ternyata membawa kebaikan ke seluruh dunia,
dia digunakan mulai untuk pengobatan sampai untuk memenuhi sumber nutrisi dan gizi bagi masyarakatnya.
Di Indonesia selain Dudi Krisnadi juga ada seorang praktisi yaitu dr. Prapti Utami M.Si seorang konsultan,
praktisi herbal medik juga sangat aktif dalam “Pendamping Sehat Alami” termasuk gencar mempopulerkan daun kelor
untuk nutrisi ibu menyusui dan gizi buat anak-anak Indonesia.
Dokter yang juga kerap menjadi pembicara di berbagai seminar dan talk show ini,
juga mengelola Klinik Sehat Sekar Utami Toga di kawasan Bintaro Tangerang Selatan.
Setiap hari siap melayani konsultasi kesehatan secara cuma-cuma di group pendamping sehat via WhatsApp
Menurut dokter Prapti, daun Kelor harus terus menerus digaungkan guna memerangi kurang gizi
pada anak-anak dan meningkatkan kekebalan tubuh (Imun) selain susu Kolostrum dari hewani.
Di berbagai negara berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia melalui penyehatan tradisional
tanaman kelor sudah sejak lama digunakan.
Seperti pemulihan dan kerusakan hati, sangat jitu dengan olahan daun kelor.
Lebih dari itu Kelor juga banyak digunakan untuk melengkapi obat-obat modern
pada pemulihan penyakit kronis termasuk penderita AIDS dan penyakit yang berkaitan dengan HIV.
Harapan penulis sebagai pendiri dan owner Rumah Sehat ZOSETAKO (Zolusi Sehat Tanpa Kimia Obat)
dan melalui kedua orang ini yaitu “Kang Dudi dan dokter Prapti”
dapat secara terus menerus mengkampanyekan daun kelor agar menjadikan Indonesia sehat alami.
Tentu tak sedikit pula praktisi lainnya yang mengelola tanaman kelor
akan kami perkenalkan pada artikel-artikel berikutnya.
*Zaiko, akhir Maret 2017.
Comments
Post a Comment